Jumat, 25 September 2015

Enam Prinsip Dalam Praktek Analisa Laboratorium


Statistika Dalam Analisa Kimia - part 1

Pernahkah teman - teman melakukan pengumpulan data pada suatu sampel yang dianggap homogen dengan metoda analisa tertentu tetapi ternyata datanya selalu berbeda? Seberapa besar perbedaan itu masih bisa kita terima?
Mengapa sih data sukar direproduksi dengan nilai yang sama?



Yup, pertanyaan ini juga pernah mampir di otak saya yang bodoh ini.
Jawabannya kira - kira begini.... Kita ini, dan apapun yang berhubungan dengan kita adalah makhluk, dan sebagai makhluk maka kita tidak memiliki sifat mutlak. Karena mutlak adalah milik khalik.
Oleh karena tidak mutlak, maka kita memiliki ketidak pastian. Begitu pula dalam kegiatan suatu analysis, pasti ada kesalahan dalam setiap langkah - langkahnya.
 
       X = m + ℇ    
    
X = nilai terukur,
m = nilai sebenarnya
 = sesatan (kesalahan)

Macam - macam kesalahan, a.l.:

  1. Kesalahan Random,
    - tidak teratur : kadang lebih kecil, kadang lebih besar dari nilai sebenarnya
    - umumnya kecil
    - tidak pernah dapat dihindari
  2. Kesalahan Sistematik,
    - konstan, kesalahannya nyaris selalu sama nilainya
    - menyimpangkan hasil ke arah tertentu, kecenderungan
    - dapat dihindari jika sumber kesalahan diketahui
  3. Kesalahan Kasar,
    - berasal dari kecerobohan
    - seharusnya tidak terjadi karena sudah bisa diprediksikan dan diantisipasi
Sumber Kesalahan Random :

  • masalah homogenitas sampel
  • jumlah cuplikan sampel yang tidak memadai
  • keterampilan analis
  • perbedaan analisis dari hari ke hari
  • kemampuan menimbang dan mengukur
  • kesalahan menimbang dan mengukur
  • keberulangan metode yang digunakan
  • perubahan lingkungan dan kondisi laboratorium
  • kesalahan pembacaan pada peralatan.
Sumber Kesalahan Sistematik :
  • kesalahan sampling
  • penyimpanan/pengawetan sampel yang tidak benar
  • Kesalahan pengenceran atau kesalahan dalam menghitung faktor pengenceran
  • gangguan matriks sampel
  • proses ekstraksi yang tidak sempurna
  • penggunaan pereaksi yang tidak cukup murni, terutama pada analisis unsur trace element
  • kesalahan dalam pembuatan larutan standar
  • kesalahan dalam pembuatan kurva kalibrasi
  • kesalahan dalam kalibrasi peralatan (balance/neraca, termometer, peralatan gelas, oven dan furnace yang tidak terkalibrasi sebagaimana mestinya)
  • kesalahan perhitungan atau kesalahan dalam memasukkan satuan dalam perhitungan
Kriteria utama dalam menilai suatu kumpulan data :
  1. Presisi (kecermatan), yakni : seberapa dekat hasil analisa yang satu dengan yang lainnya
    - repeatability (laboratorium sama, analis sama, metode sama dan instrumen sama)
    - reproducibility :
      * intra reproducibility : laboratorium sama, metode sama dan instrumen sama tetapi analis berbeda
      * inter reproducibility : metode sama tetapi laboratorium berbeda, instrumen berbeda dan analis berbeda
  2. Akurasi (ketepatan), yakni : seberapa dekat hasil analisa dengan nilai rekomendasi atau nilai konsensus.
Cermat belum tentu tepat, dan tepat belum tentu cermat.


Selasa, 08 September 2015


Penetapan Arsenic Dalam Dust

Cara Mengukur Relative Humidity
Sianida??... Apa Itu?

XRD, XRF, AAS, ICP, Spectrophotometer and Clasical Analysis. Which one do you choose?

Analisa Emas (Au) dan Perak (Ag) Menggunakan AAS

Emas dan perak dapat dianalisa menggunakan AAS dengan syarat telah dipreparasi terlebih dahulu menjadi suatu larutan, bisa menggunakan asam, sianida maupun pelarut organik.



Analisa emas yang paling akurat adalah dengan metode Fire Assay. Metode ini telah dilakukan oleh manusia sejak lama yakni dengan cara gravimetri. Saat ini seiring perkembangan teknologi, metode Fire Assay juga telah dimodifikasi dengan menggunakan instrumen AAS pada panjang gelombang 242.8 nm.

Oleh karena biaya operasional analisa dengan metode Fire Assay mahal, maka untuk beberapa laboratorium, terutama di remote area site, telah menerapkan alternative lain untuk analisa emas yakni metode pelarutan menggunakan larutan aqua regia. Walaupun banyak sekali pengganggu dalam penetapan akurasi dan presisi hasil analisa, metode ini sudah cukup mengakomodir kebutuhan beberapa industry pertambangan. Larutan emas dan perak dalam matriks aqua regia diekstrak menggunakan DIBK dengan kondisi buffer dan dibaca menggunakan instrument AAS pada panjang gelombang 242.8 nm.
Selain emas, metode tersebut juga bisa digunakan langsung untuk penetapan perak dan beberapa base metal lainnya. Untuk perak menggunakan panjang gelombang 328.1 nm.

Bagaimana Mengikat Ilmu

Assalamu'alaikum....

Malem ini saya belum bisa tidur, padahal udah jam 23.39 waktu di gadget saya. So, mungkin tulisan kecil ini bisa membantu nyiapin mata biar bisa nyusul si ganteng Kanjeng Ken yang udah terbang ke alam mimpi.

Banyak petuah mengajarkan bahwa 'Ikatlah ilmu dengan menulis'.
Tak ada yang salah.... Tapi saya cuma bisa kasih persetujuan 75%. "Lagh kok sedikit?"


Yup.... Menurut saya, ilmu yang ditulis tetapi tak dibagikan kepada orang lain yang membutuhkan sama saja seperti menimbun lemak dalam perut saya.

"Kok gitu sih?"
Lagh iya... Coba deh analisa pelan-pelan. Waktu kita sekolah, kita pernah diajari bahwa tubuh kita akan menyimpan sisa sari makanan yang berlebih sebagai apa? Lemak, bukan? Suatu saat jika asupan gizi kita kurang, maka tubuh kita secara otomatis (atas ijin Allah) akan mengambil dari persediaan lemak di tubuh kita. Mengkonversikan menjadi energi yang diperlukan untuk kita beraktifitas. Paham?

"Masih belum paham... Apa hubungannya ilmu dengan lemak Iitu?"
OK. Kita lanjut dulu dikit... Sekarang saya tanya dulu nih ya... Apa jadinya kalo lemak di tubuh kita tiap hari tiap saat ditimbun terus tanpa digunakan untuk beraktifitas?

"Ya makin gemuk lah tentunya."
Benar. Lalu setelah gemuk, apa hal-hal yang menghantui orang gemuk?

"Obesitas, varises, kolesterol tinggi dan penyakit-penyakit lainnya berdatangan."
Tepat sekali. Apakah penyakit itu bermanfaat? Selain mendatangkan penghasilan untuk personil rumah sakit/medis dan industri farmasi lho ya...?

"Gak ada, merugikan malah..."
Ya iyalah.... Masa ya iya dong.... Begitu juga ilmu. Jika hanya ditulis saja tapi tidak diajarkan kepada orang lain, maka ia akan berdebu di lemari bahkan mungkin jadi makanan rayap atau digigitin tikus atau kalo kita pakai sarana digital, maka akan menuh-menuhin memory komputer/gadget kita saja. Kurang bermanfaat. Sampai suatu saat kita lupa, ilmu yang sudah ditulis tapi disimpan di mana, pakai nama apa dsb.

"Lalu, bagaimana cara yang efektif?"
Ajarkan kepada orang lain dong! Saya belum pernah denger ada keluhan bahwa dengan mengajarkan ke orang lain kita menjadi lupa asal bukan lupa karena pikun tingkat akut. Saya belum pernah denger juga bahwa dengan mengajarkannya kepada orang lain akan membuat ilmu yang kita kuasai akan hilang. Yang saya amati justru dengan mengajarkan ke orang lain maka ada memory tambahan untuk membantu menyimpan tulisan kita hatta suatu saat kita terjangkiti penyakit pikun tingkat akut. Ada yang nembantu kita untuk mengoreksi jikapun kita salah menulis.

Dan rasanya saya tidak berlebihan jika memuji para guru yang bersedekah dengan ilmu. Karena sedekah ilmu menurut saya ibarat gumpalan kecil salju yang meluncur ke lereng gunung, makin jauh dia bergulir, gumpalannya makin membesar dan mampu menerjang sekat-sekat benteng yang menghadangnya.

Itu sisi positifnya. "Lalu sisi negafifnya apa?"
Sisi negatifnya, yakni jika ilmu di-korupsi dan di-nepotisme. Sehingga maknanya menjadi kabur dan bahkan jika ditunggangi nafsu maka bisa menjadi bola panas yang membakar apa saja yang dilaluinya.

Maka berhati-hatilah menulis dan mengajarkan ilmu. Sama seperti kita makan, antara lain :
1. Sampaikan seperlunya yang dibutuhkan, artinya sampaikan pada audiens yang sesuai. Siapa? Masa ilmu untuk seorang sarjana diajarkan ke anak TK?
2. Pada saat yang tepat (makan di saat kenyang malah akan membuatmu sakit perut), artinya sampaikan pada saat audiens sudah berada dalam tahapan di mana ilmu itu bisa diterapkan. Ilmu untuk anak TK ya bagus disampaikan saat ia usia 4 - 6 tahun. Gak lucu aja udah jenggotan, udah waktunya pake softex tp belajarnya ilmu anak TK. Begitupun sebaliknya.
3. Pada tempat yang benar, artinya di mana ilmu itu diajarkan? Bisa digebukin orang kalo kamu ngajarin ilmu kimia ke orang di pasar yang lagi jualan ayam potong, menjelang hari raya pula. Bikin mumet tau...

Sekali lagi, ini pendapat saya ya. Kalo gak setuju ya itu urusanmu. Wallahu'alam bishowab.

Ah, akhirnya mata ini udah 5 watt. Ama cahaya gadget aja kalah. Pamit untuk istirahat dulu yaa...
Wassalamu'alaikum....
(Yudith Yumna, Selasa 08 September 2015 jam 23.50 win)